tentang sebuah pengecualiaan.
ROMANTIS
– CERITA SEX GAY,,,,,,,,
tentang sebuah pengecualiaan.
“kamu mau kemana?” tanya Patrice padaku.“aku lelah dengan semua ini! Dengan pikiran negatifmu,dengan sifatmu yang pemarah dan keinginanmu untuk dimengerti terlalu membuat ku muak!” jawab ku setelah semua keadaan sedikit tenang. Bebrapa saat yang lalu aku kehilangan kontrol. Aku memukul nya,mendorong badannya ketembok. Tekanan demi tekanan ini terus kutahan semenjak kami tiba dihotel. Tapi hari ini aku tak bisa menahannya,semua mengalir begitu mudah,aku lupa akan siapa diriku ini! Aku yang biasanya diam ketika mendengar dia marah marah atau aku lebih memilih merokok keluar ketika dia sedang membanting barang barang. mungkin ucapan sudah tak lagi berguna,pikirku. Andai air mata ini mampu untuk memberi kesadaran kepada dirinya bahwa aku mencoba terus dan terus bertahan dengannya tapi semu itu sia sia.“apakah kamu tak mengerti untuk apa kita disini? Aku mencintaimu” ucapnya dari sebuah kasur yang berantakan. Aku yang berdiri dengan koper digenggamanku,sejenak kaku. Dalam hati kubertanya “cinta? Kau mencintaiku? Kau perlakukan aku serti budak hina yang mungkin aku tak pantas tidur denganmu!” aku paksakan melangkah. Didepan pintu,aku pamit kepadanya “aku tak bisa berada satu tempat denganmu. Aku butuh sendiri” aku mantapkan langkah kaki ini menyusuri lorong. “berat untuk meninggalkanmu,dengan semua kondisimu disini. Tapi aku lelah,aku lelah!”
Kuta,Bali. Malam ini begitu sayang untuk dilewatkan. Orang orang berkumpul bersama teman temannya,keluarganya atau mungkin pasangannya. Tapi aku lebih memilih untuk menarik diri dari keramaian ini,hingar bingar ini membuatku semakin tak karuan. Aku memilih duduk dibangku terdalam,sambil meminum sebuah bir.aku hubungi teman yang tinggal diBali “hey,Nath… “ ucapku lirih.“kenapa, Lo berantem ya?” Natthan memang sedikit banyaknya mengetahui hubunganku dengan Patrice. Ia pun sudah bisa menebaknnya.”lo bisa jemput gue gak? Gue mau pisah sama dia. Gue numpang ditempat lo yah malam ini,please Nath” “yaudah gue jemput lo sekarang. Lo tunggu sebentar yah..” “iya.. thanks yah” live music sudah menyanyikan beberapa lagu dengan ramai orang sudah memenuhi meja. Terlihat sepintas seseorang disana menatapku tajam. Aku berusaha tak perduli dan menunggu Natthan dengan mencoba santai.
Sulit kutebak,sangat sulit. Keinganmu itu apa? Apa yang selalu kau risaukan! Semua baik baik saja. Tak ada satupun yang menganggu kita. Pada pagi hari kau bisa melemparkan senyum itu,mengahangatkan pagiku yang dingin. Pada siang hari kau menjadi orang yang menyenangkan bagiku,bisa membuat ku tertawa,kau tidak membuat ku lelah. Pada malam hari,kau bisa membuat bintang lebih terang,kau bergoyang dengan alunan musik bagai tak ada orang yang memperhatikanmu! Hari hari ku adalah keberuntungan yang tak ada habisnya,dan selalu membuatku bahagia. Itu semua karena aku disampingmu dan kamu,berdiri tegap disampingku. Kesemuanya adalah kesempurnaan dengan pengecualian,amarahmu yang kadang bisa langsung menghancurkan sendi sendi kebahagiaanku,menyakitiku sedalam daging daging dalam diriku,mengoyak kulit ku tanpa memberi ampun,kata kata mu memborbardir nyawa lemahku,mulutmu berkata seakan aku ini tembok! Apa yang sebenarnya terjadi kadang aku tak tau. kapan itu dimulai kapan itu berakhir. Tanpa sadar pikiranku berkecamuk dan berhenti seketika kudengar seseorang menyapa “Hay…” lamunanku kembali sadar,sesaat kulihat sosok orang itu didepanku. Aku melihat kepadanya,memperhatikan dengan jelas wlau kutau aku tak begitu fokus dengannya. “are you Ok?” tatapannya terlihat khawatir. “jangan bersedih. Hari ini terlalu indah untuk kau tangisi” aku bingung mendengar kata kata orang itu. Kembali dia berbicara “kulihat kau masuk dengan wajah bingung,tanpa percaya diri,bagai sebuah ombak besar menerpa dirimu,kau hilang dalam dirimu sendiri dengan sejuta pertanyaan yang berkecamuk. Aku khawatir kau…” “apa yang kau tau tentang diriku!” nadaku sedikit tinggi. “aku tak mengenalmu dan kau pun tak mengenal aku. Tapi dari sorot matamu,kau masih percaya akan sesuatu. Langkahmu itu tak sepenuhnya kuat untuk berjalan. Kau hampa,walau penuh kebencian kau tetaplah sebuah ruang kosong. Aku tak tau apa yang membuatmu menunggu..” ku potong pembicaraannya “aku menunggu seorang teman” orang itu hanya tersenyum. “bukan…” sambungnya “bukan itu… kau menunggu cintamu untuk saling mengerti. Maka,janganlah menunggu. Ajaklah dia berbicara. Nanti pasti akan terlihat,dia mencintaimu tulus..” aku mulai bosan mendengar orang ini bicara. Aku ingin segera pergi. Aku buka tas untuk mengambil uang. “Terlalu berantakan!” kesalku. Aku susah untuk mencarinya. Kutuang semua isi tas diatas meja. Pria itu tetap hanya tersenyum. “mana dompet…?” pikirku. “biar aku yang membayar birmu” sambil ia mengambil dompetnya. “tak usah biar aku sendiri” “Ok.” Aku pikir pikir lagi dimana kutaruh dompetku dan teringat,diatas meja kamar! “sial” ucapku. Pria itu mengereyitkan dahinya mendengar ku. “bisakah aku titip barang ini disini,aku akan segera kembali” pria itu menjawab dengan senyuman. Walau tak terlalu percaya aku langsung bergegas kembali kehotel. Selama didalam lift aku tak ingin berpikir macam macam “ambil dompet langsung pergi,gak usah banyak ngomong”. Kaki ini langsung lemas,membayangkan harus balik kekamar itu. Lorong itu terasa panjang.” 304,kamar ini” aku hanya berdiri gugup didepannya. “tok..tok.tok..” kuberanikan diri. “siapa?” suara Patrice. Sepersekian detik “House kepping” aku takut kalau kujawab ini aku,dia tidak ingin buka pintu. “iya sebentar..” langkahnya terdengar jelas dikupingku. Membuatku semakin gugup. “crek..” pintu terbuka. Kututup mata ini,ketakutan semakin menjadi jadi. Tiba tiba,pelukan erat kurasakan mencengkram tubuh kecilku. Nafas yang berat tanpa kata kata,hanya tangisan yang kudengar. “ini semua apa?” tanyaku dalam mata tertutup. “baby.. jangan lagi kau tinggalkan aku! Aku membutuhkanmu. Tolong,jangan pergi” Patrice berbicara disela sela tangisan. Kubuka mata,tanpa sadar ku usap punggungnya yang besar. Ia semakin sedih. “apa yang sebenrnya terjadi?” aku mulai kebingungan. “tolong berjanji padaku,kau tak akan pernah meninggalkanku” wajahnya benar benar basah oleh air matanya sendiri!. Aku tak bisa berbicara apapun melihat keadaan ini. Tak biasanya ia seperti ini. “ayo masuk…” ajaknya. Sesampainya didalam,semuanya telah rapih. Ada satu yang menarik perhatiaanku,diatas meja,sebuah kertas dengan pensil tergeletak sunyi. kuhampiri meja itu dan “kertas ini… “. Sebuah kertas dengan tulisan diatasnya,Je T’aime. Patrice menghampiri ku,ia memelukku pelan,memastikan bahwa ini semua berarti,bahkan kertas yang aku berikan pertama kali kami salah paham. Saat itu aku tak bisa berbicara menghadapinya,hanya lewat kertas ini ku mewakilkan perasaaku. “ia masih menyimpannya” ku pandangi wajahnya. “ ia melempar senyum. Ia menggenggam tanganku,”maafkan aku atas semua ini,Je T’aime” ia mengecup dahiku. Semua perasaan benci,semua perasaan kesal,semua rasa lelahku seketika cair. Kecupan pelan itu memberian aku suatu rasa nyaman,rasa tenang,rasa lega. Kamu bukanlah orang yang romantis tapi kamu selalu bisa meromantiskan diriku dengan sebuah kata yang simpel,sebuah perlakuan yang biasa,dan sebuah kenangan yang pudar “Patrice aku menyayangimu. Tolong mengerti aku” kembali ia memelukku erat. Ia mengajakku duduk “sayang… hubungan itu layaknya sebuah rumah. Kita harus bekerja sama membangun rumah ini. Dengan awal,pondasi,lantai,tembok dan genteng. Pelan pelan kita menyelesaikan semuanya,berarti itu semua waktu. Aku ingin membangun rumah,rumah yang cantik dan harmonis. Rumah tangga yang kuinginkan adalah membangun denganmu. Aku harap kamu bisa bertahan melewati segala badai,hujan dan panas matahari. Aku percaya,menumpukan semua kepadamu,begitupun kamu ke aku. Aku yakin,nanti kita bisa benar benar baik dalam segala kondisi. Aku haya ingin kau untuk tetap tinggal bersamaku. Aku berusaha untuk tidak mengancurkan bangunan yang kau dan aku telah miliki. Maukah kau melanjutkan,membangun rumah ini?” senyum kecil menutup kata katanya. Aku menjawab dengan mengecup bibirnya.
Setelah semua pembicaraan selesai,aku kembali untuk membayar bir yang kutinggalkan. Kali ini aku tak sendiri,aku bersamanya,Patrice. Kuta,Bali malam ini begitu indah,begitu menyenangkan,dengan hati yang lapang aku masuk kedalam kerumunan orang orang,menjadi bagian keceriaan malam itu. Tegap dan percaya diri aku menuju mejaku. Pria itu masih setia menungguku “baiknya orang itu..” senyum ramah kulemparkan. Ia mengangkat gelasnya seraya menjawab iya. Tapi tidak,Tiba tiba Patrice “hey..” ia langsung menghampiri pria itu! Aku diam melihat keadaan itu “Patrice?” ucapku ku kaget. “sayang… ini Daniel,teman lamaku” setelah berkenalan dengan Daniel,mereka asyik berbincang. Kebingungan masih menyangkut melihat kondisi yang ini. Setelahnya Natthan pun datang dengan memeberikan alasan keterlambatannya. Akhirnya,kami semua menghabiskan malam bersama aku,Patrice,Daniel Dan Natthan. “aku mengenal Patrice sudah lama. Aku sudah melihat kalian berdua seminggu yang lalu. Karenanya aku tak ingin kau bersedih menghadapi ini semua. Aku tau Patrice adalah orang yang keras kepala. Selagi kau ingin mencoba memeperbaiki semuanya,jadilah kebalikan darinya. Dan kaupun bisa menjalani ini semua dengan kata,mengerti” ia mengedipkan matanya. Kata katanya membuat ku berpikir jernih. Seakan semua yang telah hilang dariku kembali utuh. Inilah kami,Patrice dan Aku. Kami memang berbeda,tapi kami adalah satu dalam sebuah pengecualiaan. Itu disebut,Je T’aime.
Dengan komunikasi yang lancar dalam sebuah hubungan ,itu akan membantu sedikit banyaknya kekokohan hubungan itu sendiri.
Tanpa ada adanya maksud yang tersirat.
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,